Universitas Ma Chung Memberi Harapan untuk Bangsa Sejahtera: Bangun Kemandirian Finansial Anak Yatim dan Dhuafa melalui Pendidikan Kewirausahaan
Oleh Bagas Brian Pratama, S.Tr.Ak., M.Tr.Ak., CAAT
Indonesia sebagai negara berkembang dengan populasi terbesar keempat di dunia, masih menghadapi tantangan besar dalam mengatasi kemiskinan dan menjamin akses pendidikan yang merata bagi seluruh warganya. Salah satu kelompok yang paling rentan terhadap kemiskinan dan keterbatasan akses pendidikan adalah keluarga yatim dan dhuafa (Rahmawati and Rozaki 2022).
Padahal dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat 1 menyatakan bahwa “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.” Ini berarti pemerintah Indonesia memiliki tanggung jawab konstitusional untuk menjamin kesejahteraan kelompok rentan ini.
Lebih lanjut, sebagai salah satu negara penandatangan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), Indonesia berkomitmen untuk mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk (Tujuan 1), menjamin pendidikan berkualitas (Tujuan 4), dan mengurangi kesenjangan (Tujuan 10).
Namun realitasnya, banyak keluarga yatim dan dhuafa yang masih terpinggirkan. Mereka sering kali tidak memiliki keterampilan atau modal untuk memulai usaha sendiri, sehingga bergantung pada bantuan sementara yang tidak berkelanjutan.
Dalam hal ini untuk mencapai kemandirian finansial dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan tersebut, salah satu inisiatif yang digagas oleh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ma Chung melalui program “Pendidikan Kewirausahaan untuk Anak Yatim dan Dhuafa” merupakan sebuah langkah yang patut diapresiasi dan dijadikan teladan.
Kegiatan yang berlangsung di Yayasan Bina Yatim Dhuafa Darul Jundi, Kota Malang, ini bertujuan untuk memberikan bekal kemandirian finansial bagi anak-anak yatim dan dhuafa, yang selama ini sering kali terpinggirkan dari kehidupan sosial dan ekonomi yang lebih baik.
Program ini tidak hanya berfokus pada pendidikan teori di kelas, tetapi juga memberikan kesempatan bagi para peserta untuk mempraktikkan ilmu yang didapat. Melalui pelatihan pengembangan produk, manajemen strategi, marketing, pengelolaan keuangan, hingga penggunaan aplikasi terbaru, anak-anak yatim dan dhuafa diajak untuk membuka usaha ultra mikro secara berkelompok.
Pendekatan praktis ini sangat penting karena memberikan pengalaman langsung dan membangun kepercayaan diri para peserta dalam dunia bisnis.
Pemilik yayasan, Ustad Shaleh Syarifudin, memberikan apresiasi tinggi terhadap kegiatan tersebut. Menurutnya, program ini merupakan sarana yang sangat efektif untuk meningkatkan kualitas serta kapabilitas anak-anak yatim dan dhuafa di masa depan.
Ustad Shaleh juga menekankan bahwa program semacam ini bisa menjadi jalan untuk menghapus stigma negatif yang selama ini melekat pada anak-anak yatim dan dhuafa serta sebagai sarana untuk peningkatan motivasi dan kepercayaan diri anak-anak yatim dhuafa.
Anak-anak yatim dan dhuafa sering kali dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Mereka dianggap kurang mampu dan tidak memiliki potensi untuk sukses secara mandiri. Namun, program Pendidikan Kewirausahaan ini membuktikan sebaliknya. Anak-anak ini sebenarnya memiliki potensi besar yang hanya perlu diasah dan didukung. Dengan pelatihan yang tepat dan kesempatan yang baik, mereka mampu menciptakan perubahan positif dalam hidup mereka dan juga masyarakat sekitar.
Kemandirian finansial adalah kunci untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. Melalui program ini, Universitas Ma Chung telah menunjukkan komitmen nyata dalam memberikan kontribusi bagi pembangunan masyarakat yang lebih inklusif dan berkeadilan. Langkah ini tidak hanya memberikan harapan baru bagi anak-anak yatim dan dhuafa, tetapi juga menginspirasi berbagai pihak untuk mengambil bagian dalam upaya pemberdayaan masyarakat yang kurang beruntung.
Pendidikan kewirausahaan untuk anak yatim dan dhuafa adalah investasi jangka panjang yang sangat berharga. Ketika mereka tumbuh menjadi individu yang mandiri dan sukses, mereka akan menjadi contoh dan inspirasi bagi generasi berikutnya. Oleh karena itu, dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat, sangat diperlukan untuk keberlanjutan program ini.
Inisiatif ini harus terus didukung dan dikembangkan agar lebih banyak anak-anak yatim dan dhuafa yang merasakan manfaatnya.
Mari kita bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik bagi mereka, melalui pendidikan yang inklusif dan pemberdayaan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan demikian, kita tidak hanya membantu mereka untuk bertahan hidup, tetapi juga memberikan kesempatan untuk meraih masa depan yang cerah dan penuh harapan. (Penulis adalah dosen Universitas Ma Chung)