Punya Puluhan Hektare Lahan Pertanian, Kecamatan Sukun Potensi Ketahanan Pangan

MALANG– Kecamatan Sukun salah satu wilayah kecamatan di Kota Malang yang memiliki luasan wilayah dengan total 148 hektare. Kondisi ini menjadi andalan Kota Malang untuk menggerakkan program peningkatan produktivitas hasil pertanian. Pasalnya masih ada 48 hektare lahan pertanian yang masih aktif dan produktif.

Potensi itu menjadi harapan Kota Malang untuk meningkatkan produktivitas hasil lahan pertanian di area perkotaaan yang kini semakin menipis. Hal ini ditegaskan Wali Kota Malang Wahyu Hidayat.

“Di sini potensi pertaniannya sangat tinggi, dengan luas lahan yang mencapai 24 hektare. Sementara secara keseluruhan, di wilayah Kecamatan Sukun memiliki lahan seluas 148 hektare,” jelas Wahyu kemarin saat mengunjungi Kelompok Tani Sri Murni, Lowokdoro, Kelurahan Gadang Kecamatan Sukun Kota Malang.

Ditegaskannya bahwa Pemkot Malang terus mendorong peningkatan produktivitas pertanian. Itu karena sebagai salah satu langkah untuk mewujudkan ketahanan pangan.

Menurut catatan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispangtan) Kota Malang, rata-rata hasil panen di Kota Malang mencapai sekitar 8 ton per hektare. Ditambah dengan harga jual gabah yang kompetitif, yakni Rp 6.700,- per kilogram di tingkat petani. Harga ini lebih tinggi dari rata-rata nasional yang sekitar Rp 6.500,- per kilogram.

“Hal ini pun membuat para petani semakin bersemangat, yang tentunya berdampak pada ketahanan pangan yang terjaga,” tutur orang nomor satu di Pemkot Malang itu.

Untuk mendukung produktivitas pertanian yang ada di Kota Malang dan sebagai bentuk dukungan kepada petani, Pemkot Malang juga terus menyalurkan berbagai bantuan seperti pupuk bersubsidi, benih unggul padi dan jagung, serta alat dan mesin pertanian (alsintan).

Sementara itu, Kepala Dispangtan Kota Malang, Slamet Husnan Hariyadi, menjelaskan bahwa benih unggul yang digunakan memiliki masa tanam yang jauh lebih singkat.  Salah satunya adalah benih padi BK asal Situbondo yang dapat dipanen dalam waktu 75 hari, dibandingkan benih biasa yang memerlukan waktu hingga 102 hari.

“Dengan umur tanam yang lebih pendek, petani bisa panen lebih cepat dan berpotensi bisa panen hingga tiga kali dalam setahun,” jelas Slamet.

Dispangtan juga tengah mengkaji pemanfaatan teknologi drone untuk penebaran benih yang dapat mempercepat proses penanaman. Jika penanaman manual membutuhkan waktu hingga 25 hari untuk lahan seluas tiga hektare, dengan drone proses tersebut dapat diselesaikan dalam satu hari.

“Kami terus mencari cara agar proses tanam bisa lebih efisien dan efektif. Drone menjadi salah satu solusi yang sedang kami uji coba,” tambahnya.

Selain itu, Husnan mengatakan pihaknya saat ini akan terus berkoordinasi dengan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) untuk memaksimalkan pemanfaatan aset berupa lahan sawah milik pemerintah agar bisa diolah menjadi petak sawah produktif.

“Ke depan, pemanfaatan alsintan juga akan dioptimalkan mulai dari pengolahan lahan, penanaman, hingga panen. Kami ingin panen tiga kali setahun di Kota Malang benar-benar bisa terwujud,” pungkas Slamet. (cia)

Sekarang

Harga Emas Antam di Kota Malang Anjlok Dua Hari Ini

Sekarang