Hebat si Mbak Gojek Ini: Urus Keluarga, Nyambi Driver Ojol Juga Kuliah Hukum
WIDA SUSANTI memilih jalan berani. Sehari-harinya, ibu rumah tangga ini mengasuh lima anak sekaligus bekerja sebagai driver ojek online (ojol). Setahun terakhir, Santi, sapaan akrab Wida Susanti memilih kuliah Ilmu Hukum di Universitas Terbuka (UT). Alasannya ingin membela sesama driver ojol agar tak jadi korban pelecehan penumpang.
MALANG-Mulanya Santi minder. Apalagi usianya sudah tak muda. Ia kini berusia 35 tahun. Namun curhat teman-temannya sesama driver ojol selalu terngiang-ngiang. Teman-teman kerjanya, kerap cerita tentang praktik pelecehan terhadap perempuan driver ojol. Aspal memang keras, sekeras perjalanan hidup.
Santi pun masih menyimpan cita-citanya yang tertunda. Yakni kuliah menjadi sarjana. Selepas dari SMKN 7 Malang tahun 2008, ia memang ingin kuliah. Namun situasi dan kondisi tak memungkinkan.
“Usai sekolah di SMKN 7 Malang, kondisi ekonomi belum memungkinkan. Akhirnya saya kerja dulu, awalnya kerja di SPBU di Lesanpuro sebagai petugas operator lapangan,” kenangnya. Kemudian pindah kerja di Bagian Gudang Pabrik Rokok Bentoel.
Berbagai kerja ia lakoni. Prinsipnya halal dan tak merugikan orang lain. Seiring waktu, tahun 2019 mulai gabung sebagai driver ojol. Gabung di Gojek.
Sembari memacu motor matic miliknya, Santi selalu bersemangat. Tapi cita-cita agar kuliah masih terus membayanginya.
Suatu waktu, suminya Sakur Wahyudi menawarkan agar Santi kuliah. “Suami saya memang sangat mendukung saya,” kata warga Tanjungrejo, Sukun, Kota Malang ini.
Namun perasaannya makin bercampur. Antara iya atau tidak. Akhirnya ia gaskan saja. “Saya minder waktu kuliah. Karena sempat gak yakin dengan kemampuan diri saya,” katanya.
Apalagi selain bekerja sebagai driver ojol, Santi harus mengurus keluarga. Lima anaknya butuh perhatian. Masih kecil pula. Anak pertama kelas 6 SD, sedangkan anak bungsu bayi tujuh bulan.
Di sisi lain, dukungan suami menurut dia jadi penyemangat besar. Ingin bantu sesama wanita driver ojol dan mengangkat martabat keluarga juga jadi pelecut semangat.
Pada tahun 2024 lalu, Santi pun mendaftar kuliah di UT. Biaya pendaftaran Rp 100 ribu. Sedangkan uang kuliah per semester Rp 1.400.000.
Pintar membagi waktu adalah keharusan. Jangan sampai ada yang keteteran. Urusan rumah, keluarga, kerja dan kuliah harus sama-sama jalan.
Usai kerja, biasanya Santi langsung bergegas pulang. Selain demi waktu bersama anak-anak dan suami, anggota Gaspol Tangguh Malang Raya ini harus cepat tidur. Biasanya sekitar pukul 21.30 WIB atau 22.00 WIB, Santi sudah harus tarik selimut alias tidur. Karena pukul 01.00 WIB dini hari harus bangun untuk mengerjakan tugas kuliah hingga sekitar pukul 03.00 WIB.
“Setelah tugas kuliah beres, saya kirim melalui aplikasi,” katanya.
Kadang aktivitas mengerjakan tugas kuliah jadi sarana quality time bersama anak-anaknya. Usai ngojek, Santi mengajak anaknya belajar bersama. Kala anaknya belajar, ia mengerjakan tugas. Ini cara Santi membangun motivasi belajar anaknya.
Kendati mengurus keluarga dan harus kerja, Santi merasa tak mengalami hambatan berarti. Sebab kuliahnya secara online. Dosen memberi modul belajar dan tugas. Saat ujian baru ke kampus atau ke lokasi ujian yang ditentukan.
Kini duduk di semester dua, Santi sudah punya asa besar menuntaskan kuliahnya. Ia memasang target harus wisuda dalam waktu tiga tahun.
Ingin cepat-cepat menyandang gelar Sarjana Hukum (SH). Agar dia bisa lekas membantu sesama temannya untuk urusan perlindungan hukum.
“Setidaknya ada teman dari para wanita driver ojol yang mengerti hukum. Saya ingin membantu teman-teman saya,” katanya.
Apalagi ia kerap mendengar curhat teman-temannya yang jadi korban pelecehan. Santi sering dicurhati teman-temannya soal perilaku penumpang. Yakni berupa pelecehan verbal maupun secara fisik.
“Misalnya penumpang duduknya mepet-mepet waktu tahu driver perempuan. Bahkan ada yang mendapat serangan terhadap martabat. Misalnya dipandang sebelah mata, direndahkan dan lainnya,” beber Santi.
Padahal menurut dia, pekerjaan driver ojol sangat membantu. Yakni mereka yang membutuhkan perjalanan cepat, pengiriman barang maupun belanja makanan.
Agar punya kemampuan yang mumpuni di bidang hukum, Santi selalu berusaha membekali diri dengan berbagai pengalaman. Pada Pemilu tahun 2018-2019 lalu, Santi terpilih menjadi Panitia Pengawas Kelurahan (Panwaskel) Mulyorejo Sukun.
Kemudian menjadi Panitia Pemungutan Suara (PPS) Kelurahan Tanjungrejo tahun 2024 untuk Pileg dan Pilpres dan Pilkada. Tak main-main, Santi diberi kepercayaan menjadi Ketua PPS Tanjungrejo Pilkada 2024.
“Alasan saya ikut di petugas kepemiluan karena ingin mendapat penghasilan tambahan. Ternyata mendapat pengalaman dan pengetahuan baru juga kolega baru,” katanya bersemangat. (red)