Harga Konsumen Naik Sebabkan Angka Inflasi di Malang

MALANGOtoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang menilai stabilitas Sektor Jasa Keuangan (SJK) di wilayah kerja Malang tetap terjaga, di tengah tingginya dinamika perekonomian dan volatilitas pasar keuangan global.

Di Kota Malang, pada April 2025 terjadi inflasi yoy sebesar 1,49 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,58 pada April 2024 menjadi 108,17 pada April 2025.

“Inflasi di wilayah Malang utamanya didorong oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran,” kata  Kepala OJK Malang Farid Faletehan.

Dijelaskannya kelompok pengeluaran ini di antaranya yaitu kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 11,09 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,20 persen, serta kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,82 persen.

Sementara menurut catatan Bank Indonesia (BI) Malang awal Mei ini komoditas penyebab inflasi terbesar Kota Malang didorong oleh kenaikan tarif listrik, kenaikan harga komoditas emas perhiasan, bawang merah, santan jadi, dan labu siam/jipang.

Ini disampaikan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw) BI Malang Febrina melalui siaran pers resmi Inflasi Kota Malang Bulan April 2025,  beberapa waktu lalu.

“Kenaikan harga tarif listrik terjadi sejalan dengan normalisasi pembayaran tagihan listrik khususnya pelanggan pasca bayar setelah menikmati diskon hingga 50 persen untuk pemakaian Januari dan Februari 2025 (tagihan dibayarkan pada Februari dan Maret 2025),” jelas Febrina.

Meski begitu menurut catatan BI Malang angka inflasi ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 1,38 persen (mtm).

Sementara, lanjut Febrina, kenaikan harga bawang merah disebabkan oleh relatif tingginya curah hujan yang menyebabkan produksi hortikultura kurang optimal.

Kenaikan harga santan jadi disebabkan oleh peningkatan permintaan ekspor kelapa, sehingga terjadi kelangkaan pasokan dalam negeri. Sementara itu kenaikan harga labu siam/jipang disebabkan oleh peningkatan permintaan.

Inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga komoditas cabai rawit, daging ayam ras, telur ayam ras, cabai merah, dan bensin dengan andil deflasi.

“Penurunan harga cabai rawit, daging ayam ras, telur ayam ras, dan cabai merah seiring pasokan yang memadai pasca Ramadhan dan Idul Fitri. Untuk penurunan harga bensin disebabkan oleh penurunan harga bensin nonsubsidi akibat kebijakan pemerintah,” pungkas Febrina. (cia)

Sekarang

Kemenag dan BWI Rumuskan Kerangka Regulasi Nasional Wakaf

Sekarang