Gereja Hati Kudus Yesus Palasari, Gereja Bersejarah dengan Sentuhan Budaya Bali
Bali—Pukul 11.50 WITA, seorang ibu datang dengan menggenggam payung menaiki anak tangga gereja yang megah dengan arsitektur campuran gotik dan Bali. Ibu Nyoman rupanya hendak bertugas bel Angelus siang itu. Beliau adalah salah satu umat Paroki Hati Kudus Yesus Palasari, Banjar Palasari. Banjar yang terkenal disebut kampung Katolik di Bali.
Gereja di mana Bu Nyoman berada ini merupakan salah satu gereja bersejarah di Bali. Dari website resmi Gereja Hati Kudus Yesus Palasari, Gereja bergaya perpaduan gothic-Bali ini dirancang oleh pastor berkebangsaan Belanda, Bruder Ign. AMD Vrieze, SVD, dan mulai dibangun pada tahun 1956. Sedangkan “pentahbisan” gereja ini dilangsungkan pada 13 Desember 1958. Rehabilitasi awal pada Agustus 1992, dan selesai pada 1994.
Bangunan gereja sendiri tampak sangat megah dengan tujuh salib di atas yang melambangkan tujuh Sakramen dalam Gereja Katolik. Tiga buah bangunan meru — satu buah bertumpang tiga, dan dua buah lagi bertumpang dua — melambangkan sifat “Tri Tunggal Maha Kudus” (satu Tuhan, tiga pribadi), yaitu Allah sebagai Bapa, sebagai putra Yesus, dan Roh Kudus.
Diungkapkan I Nyoman Hendrikus dari Forum Orti Rahayu yang bertugas, beberapa tradisi yang masih berlangsung hingga hari ini yaitu Misa dengan bahasa Bali di Minggu pertama setiap bulannya. Di Hari Raya seperti Natal dan Paskah, tradisi memasang penjor di gereja selalu dilaksanakan dan mengenakan pakaian Bali saat mengikuti misa Hari Raya pun masih menjadi kewajiban.
Untuk Misa hari Minggu diadakan dua kali, yaitu pukul 06.30 WITA dan pukul 08.30 WITA. Khusus pada Minggu kelima setiap bulan, biasanya diadakan Misa di Monumen Salib atau Palasari lama, pukul 07.00 WITA.