Mbois, di Tunggulwulung Kota Malang Belajar Olah Sampah Organik
MALANG– Kelurahan Tunggulwulung bisa dicontoh. Sebabnya di sini, aktif melakukan pengolahan sampah organik. Diolah agar dimanfaatkan menjadi pupuk kompos. Cara ini selain ramah lingkungan juga bisa membawa manfaat ekonomi bagi warga sekitar.
Praktik hijau itu dapat dilihat pada pelatihan komposting untuk masyarakat dan kader lingkungan di aula Kantor Kelurahan Tunggulwulung, Kecamatan Lowokwaru Kota Malang, beberapa waktu lalu.
Lurah Tunggulwulung, Imbar Hadi Wintjoko, menjelaskan pelatihan ini merupakan kelanjutan dari pelatihan sebelumnya yang berfokus pada pembuatan eco enzyme. Melalui pelatihan komposting ini, diharapkan masyarakat semakin terampil dalam mengolah sampah organik menjadi produk yang ramah lingkungan dan bernilai guna.
“Dengan pelatihan ini, kami berharap para kader lingkungan dan warga memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengelola sampah organik. Jadi sampah bukan lagi menjadi masalah, melainkan bisa menjadi berkah,” kata Imbar seperti dikutip dari Malangkota.go.id
Sebagai narasumber dalam kegiatan ini adalah Ketua Kader Lingkungan Kecamatan Lowokwaru, Aron Sukamtanto, dan praktisi pengolahan maggot dari Griya Maggot BSF, Yusup Karyawan. Para narasumber pun berbagi pengetahuan terapan mengenai pengolahan sampah organik, dimulai dari lingkup terkecil yakni rumah tangga.
“Kami memang mengundang kader lingkungan, ketua RW, dan warga dengan harapan agar ilmu yang diperoleh dalam pelatihan ini dapat ditularkan kepada masyarakat di lingkungan masing-masing,” tambah Imbar.
Lebih lanjut, Imbar menyampaikan melalui metode komposting dan budidaya maggot, sampah organik yang selama ini menjadi masalah dapat diolah menjadi pupuk kompos atau pakan ternak yang memiliki nilai ekonomi.
“Kegiatan ini merupakan bagian dari program pemberdayaan masyarakat Kelurahan Tunggulwulung dalam menangani persoalan sampah organik secara mandiri dan berkelanjutan,” tegasnya.
Selain berdampak pada pengurangan volume sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), hasil olahan kompos dari sampah organik juga dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman, baik di pekarangan rumah maupun di ruang terbuka hijau.
“Pelatihan ini memberi manfaat nyata bagi warga Tunggulwulung. Harapannya, masyarakat dapat memahami pentingnya pengolahan sampah organik dan mampu mengembangkannya menjadi kegiatan produktif yang bernilai ekonomi,” pungkas Imbar. (cia)