Kurikulum Cinta Wujud Nyata Semangat Deklarasi Istiqlal
JAKARTA– Semangat Deklarasi Istiqlal kini menemukan bentuk nyata. Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC mengungkapkan bahwa enam bulan setelah pertemuan Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar dengan mendiang Paus Fransiskus, ia mendengar dari Menteri Agama bahwa Kementerian Agama sedang merancang kurikulum cinta.
“Itu bentuk nyata dari semangat Deklarasi Istiqlal,” kata Uskup Anton saat peluncuran buku Deklarasi Istiqlal: Refleksi Harapan dan Tantangan Seluas Indonesia di Gedung KWI, Jakarta.
Menurut Uskup Anton, Deklarasi Istiqlal tidak hanya mewakili satu agama, melainkan seluruh bangsa Indonesia. “Deklarasi ini ditandatangani oleh Paus dan Imam Besar Masjid Istiqlal, tetapi juga disetujui oleh para tokoh agama dan budaya. Karena itu, ini bukan deklarasi agama, melainkan deklarasi bangsa,” ujarnya.
Ia menegaskan, isi deklarasi mencakup tiga dimensi utama. Pertama, humanis, karena menekankan perjuangan untuk kemanusiaan. Kedua, ekologis, yang mengingatkan pentingnya menjaga bumi sebagai rumah bersama. Ketiga, dialogis, yang menekankan perjumpaan dan komunikasi antarmanusia dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih jauh, Uskup Anton berharap semangat deklarasi ini dapat memperkuat persaudaraan lintas iman sekaligus menumbuhkan rasa kemanusiaan di antara umat beragama.
“Makin tinggi keagamaan kita, makin dekatlah kita dengan sesama manusia. Makin kita membaca kitab suci masing-masing, makin kita bersahabat dengan orang lain,” tuturnya.
Deklarasi Istiqlal, dengan semangat kurikulum cinta yang kini digagas Kementerian Agama, diharapkan menjadi panduan hidup bersama. Dari ruang KWI di Jakarta, gema deklarasi ini diarahkan untuk merawat persaudaraan dan keberagaman Indonesia dari Sabang sampai Merauke. (red)