Generasi Muda dan Suksesi Keahlian sebagai Solusi Keberlanjutan UMKM
UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Jawa Timur memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Salah satu bidang yang berkontribusi adalah di bidang kerajinan. Namun, keberlanjutan keahlian yang dimiliki oleh para pengrajin menjadi tantangan tersendiri.
Banyak pengrajin yang sudah berusia lanjut, sementara minat generasi muda untuk terjun ke bidang kerajinan masih rendah. Hal ini disebabkan oleh pandangan bahwa pekerjaan di sektor ini kurang menjanjikan secara finansial. Banyak generasi muda memilih keluar dari dari daerah asalnya dan mencari pengalaman baru. Pendidikan formal yang mendukung keahlian kerajinan juga masih terbatas. Banyak pengrajin yang belajar secara otodidak atau melalui warisan keluarga, sehingga standar keahlian bisa bervariasi. Selain itu, penggunaan teknologi dalam proses produksi kerajinan masih minim, padahal teknologi dapat membantu meningkatkan efisiensi dan kualitas produk.
Untuk mengatasi tantangan ini, berbagai alternatif peluang dapat dimanfaatkan. Pemerintah dan lembaga pendidikan dapat bekerja sama untuk menyediakan program pelatihan yang terstruktur bagi generasi muda, seperti kursus singkat atau magang di UMKM kerajinan. Mendorong penggunaan teknologi dikombinasikan dengan sistem tradisional dalam proses produksi tanpa mengurangi value produk diharapkan dapat menarik minat generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi. Selain itu, inovasi dalam desain dan pemasaran produk dapat membuka pasar baru. Pengrajin senior dapat berperan sebagai mentor bagi generasi muda, membantu transfer keahlian. Dukungan dalam bentuk kebijakan, pendanaan, dan akses pasar dari pemerintah dan sektor swasta juga sangat penting. Pemerintah dapat memberikan insentif bagi UMKM yang berfokus pada keberlanjutan keahlian, sementara sektor swasta dapat berkontribusi melalui program pendampingan dan CSR (Corporate Social Responsibility).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah tenaga kerja di sektor UMKM di Jawa Timur mencapai lebih dari 13 juta orang, menunjukkan betapa pentingnya sektor ini dalam menyerap tenaga kerja. Pada tahun 2023, UMKM berkontribusi sebesar 58,36% atau sekitar Rp. 1.316,7 triliun terhadap PDRB Jawa Timur, meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 57,71% atau sekitar Rp. 1.237,9 triliun. Menurut Profil Industri Mikro dan Kecil Provinsi Jawa Timur 2021, banyaknya usaha/perusahaan di sektor ini terus meningkat, namun masih menghadapi berbagai kesulitan seperti akses permodalan dan pemasaran. Data dari BPS juga menunjukkan bahwa akses terhadap pendidikan dan pelatihan formal untuk pengrajin masih terbatas, yang mengakibatkan variasi dalam standar keahlian. Laporan dari Bank Indonesia mengindikasikan bahwa penggunaan teknologi dalam UMKM masih rendah, namun ada potensi besar untuk peningkatan efisiensi dan kualitas produk melalui adopsi teknologi.
Keberlanjutan keahlian SDM pada UMKM kerajinan di Jawa Timur memerlukan kolaborasi dari berbagai pihak. Peningkatan kesadaran bahwa keahlian SDM sangat perlu untuk dilestarikan sangat penting untuk ditanamkan pada generasi muda. Dengan adanya program pelatihan, inovasi teknologi, mentorship, dan dukungan dari pemerintah serta swasta, kita dapat memastikan bahwa keahlian ini tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan diteruskan ke generasi berikutnya. ***
Penulis: Uki Yonda Asepta, Dosen Universitas Ma Chung
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Manajemen Universitas Negeri Malang