Batik Bukan Cuma Kain tapi Perjalanan Sejarah

JAKARTABatik bukan cuma  kain tapi perjalanan sejarah. Kementerian Ekonomi Kreatif (Kementerian Ekraf) mengapresiasi koleksi Batik Oey Soe Tjoen sebagai batik tulis halus tertua yang sering diburu para kolektor internasional.

Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamen Ekraf) Irene Umar turut mendorong pengrajin batik dari kalangan generasi muda untuk menjaga warisan budaya. Dan meningkatkan kualitas dalam industri kreatif melalui batik.

“Ini jadi suatu momen yang luar biasa bahwa ekonomi kreatif dan budaya itu saling berkaitan. Kami selalu menanamkan cultural diplomacy supaya semua orang mengenal bahwa batik berasal dari Indonesia dan setiap motif punya cerita yang begitu khas. Apalagi melalui Pameran Karya 3 Generasi ini, ada 90 lembar kain batik yang bisa kita lihat karyanya,” kata Wamen Ekraf Irene saat menghadiri pembukaan Pameran Karya 3 Generasi Selama 100 Tahun di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.

Batik Oey Soe Tjoen (Batik OST) merekam sejarah Indonesia melalui berbagai motif yang dipengaruhi budaya Jawa, peranakan Tionghoa, Eropa, Asia, dan Arab sejak tahun 1925 di Kedungweni, Pekalongan.

Resmi berusia 100 tahun, perjalanan panjang merek batik OST mulai dikenal sebagai salah satu warisan budaya Indonesia.

“Batik bukan hanya sebuah kain, tapi suatu perjalanan sejarah. Kita bisa melihat seperti apa evolution dari berbagai budaya yang terpengaruh dalam suatu kain batik. Let’s remember this moment as something that’s sacred. Mari, kita sebarkan batik dari Indonesia ke seluruh dunia lewat diplomasi batik,” imbuh Wamen Ekraf Irene.

Pameran Karya 3 Generasi selama 100 tahun ini menjadi kesempatan bagi para penikmat batik untuk melihat keragaman motif dan warna yang menawan. Batik tulis halus yang semakin langka harus terjaga cerita keindahannya dari generasi ke generasi.

Kementerian Ekraf juga senantiasa berkomitmen memberi perlindungan terhadap batik tulis melalui jaminan Hak Kekayaan Intelektual (HaKI).

“Hari ini, saya melihat it’s a step into the history and progression, batik yang mengikuti perkembangan zaman. Melalui pameran ini, saya amati ada konsistensi kain batik tercipta dari tiga generasi dan tiap generasi punya perbedaan uniqueness and authenticity dari masing-masing pembatik. Saya paling suka dengan batik motif kupu-kupu dan ada warna pink,” ucap Wamen Ekraf Irene.

Sebagai bagian dari rangkaian 100 tahun Rumah Batik OST, para pejuang ekraf bisa melihat dan menyaksikan langsung Pameran Batik Oey Soe Tjoen di Galeri Emiria Soenassa TIM pada 25 Juli – 3 Agustus 2025.

Tema pameran yang diangkat tahun ini yaitu Keteguhan Hati Merawat Warisan. Berarti, sehelai kain batik bisa menemukan potensi diplomasi dan evolusi budaya Indonesia supaya generasi muda mampu melestarikan serta mempromosikan batik khas Indonesia secara global.

“Warisan bukan sekadar benda, tetapi juga dapat berupa kisah perjuangan, pengabdian, cinta, dan kehormatan yang dapat menginspirasi generasi berikutnya seperti melalui motif-motif batik Oey Soe Tjoen,” jelas Widianti Widjaja,  generasi ketiga pengelola Rumah Batik OST.  (red)

Dukungan Jamu Warisan Dunia Terus Mengalir

Dapur MBG Pertama di Bone Diresmikan

Batik Bukan Cuma Kain tapi Perjalanan Sejarah

Sekarang

Dukungan Jamu Warisan Dunia Terus Mengalir

Budaya

Dapur MBG Pertama di Bone Diresmikan

Sekarang

Batik Bukan Cuma Kain tapi Perjalanan Sejarah

Budaya

Mendikdasmen Abdul Mu’ti  Masuk 75 Tokoh Pamomong Jateng

Inspirasi