40 SPPG Milik Pesantren
JAKARTA- Pondok pesantren (Ponpes) ikut terlibat aktif dalam menyukseskan program prioritas Presiden Prabowo, Makan Bergizi Gratis (MBG). Hal ini ditandai dengan berdirinya sejumlah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di sejumlah pesantren.
Direktur Pesantren Kemenag Basnang Said mengatakan, ada 40 SPPG yang kini dikelola pesantren. “Ini selaras dengan semangat Hari Santri yang tidak hanya merawat tradisi keilmuan, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan santri,” ujarnya.
“Jadi nanti bagi pondok pesantren yang berbayar, alokasi uang makan siangnya bisa dialihkan ke penambahan program ekstrakurikuler,” tambahnya.
Basnang Said menuturkan bahwa Hari Santri adalah momentum bagi semua pihak yang berkhidmat pada negara. “Hari Santri ini bukan hanya milik santri, tetapi juga milik seluruh rakyat Indonesia yang berkomitmen menjaga NKRI. Karena itu, kita akan melibatkan semua ormas Islam, mulai dari PBNU, PP Muhammadiyah, hingga masyarakat luas,” kata Basnang.
Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Amien Suyitno mengatakan bahwa penetapan Hari Santri sebagai bentuk pengakuan negara atas peran historis mereka dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Untuk itu, Hari Santri tidak boleh hanya dipandang sebagai peringatan seremonial semata.
“Hari Santri adalah momentum strategis untuk menguatkan peran santri dalam pembangunan bangsa, meneguhkan moderasi beragama, cinta tanah air, serta semangat persatuan,” ungkapnya.
Amien Suyitno menekankan dua hal penting yang membedakan Hari Santri 2025 dibanding tahun sebelumnya. Pertama, ada delapan agenda besar yang menggambarkan komitmen santri membangun negeri. Kedua, ada komitmen negara dalam memberikan rekognisi dan kontribusi nyata bagi pesantren.
“Jadi ini sifatnya resiprokal. Negara hadir melalui program seperti Cek Kesehatan Gratis (CKG) dan Makan Bergizi Gizi (MBG), sementara santri memberikan komitmen dan kontribusinya bagi bangsa,” jelasnya.
Tahun ini, peringatan Hari Santri mengangkat tema “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia.” Filosofi tema ini menegaskan peran santri sebagai penjaga moral dan peradaban bangsa, yang bersikap khidmat, rendah hati, sekaligus memiliki wawasan global.
“Santri tidak hanya mengawal kemerdekaan Indonesia, tetapi juga membawa nilai-nilai Islam, kebangsaan, dan kemanusiaan menuju kontribusi nyata bagi peradaban dunia yang berkeadilan, damai, dan beradab,” tandasnya. (red)