Hadir di Dies Natalis PMKRI, Menag Ajak Mahasiswa Jadi Agen Kerukunan dan Cinta Kasih

JAKARTAMenteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengajak Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) agar bersama-sama menjadi agen dalam menanamkan nilai-nilai cinta kasih dan memperkuat kerukunan antarumat beragama di Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Menag Nasaruddin saat menghadiri perayaan Dies Natalis ke-78 PMKRI di Jakarta yang diadakan pada, Rabu (28/5/2025) malam.

Menag Nasaruddin menjelaskan bahwa agama adalah panduan. Karenanya, organisasi atau institusi yang menyandang agama di dalamnya memiliki tanggung jawab untuk menjaga nama baik agama itu sendiri.

“PMKRI menyandang nama agama di dalamnya. Agama adalah rem yang membatasi keinginan agar tidak melampaui batas, namun juga menjadi kompas yang mengarahkan kita menuju keselamatan,” katanya.

Menag Nasaruddin pun memperkenalkan program Kurikulum Cinta yang tengah dijalankan di Kemenag RI. Ia menjelaskan pada intinya kurikulum cinta adalah konsep yang menekankan kasih sayang antarumat, dan menekankan pentingnya menjauhkan agama dari ajaran kebencian.

“Indonesia ini luar biasa plural. Pulaunya banyak, sukunya banyak, budayanya beragam, agamanya pun bermacam-macam. Namun tetap hidup damai. Ini adalah keajaiban Indonesia,” ucapnya.

Menurut dia, jika selalu mencari perbedaan dalam ajaran masing-masing dan mengajarkan kebencian sejak dini, maka dampaknya sangat membahayakan masa depan bangsa. “Padahal kalau kita mau jujur, lebih mudah mencari persamaan antaragama daripada perbedaannya. Tapi yang sering terjadi, kita justru sibuk memperbesar perbedaan,” tukasnya.

Menag Nasaruddin memperkenalkan konsep Trilogi Kerukunan. Yaitu kerukunan antarumat beragama, kerukunan antara manusia dan alam, serta kerukunan antara manusia dan Tuhan. “Ketiganya harus berjalan beriringan. Jika salah satu terganggu, maka harmoni keseluruhan ikut terganggu,” jelasnya.

Ia pun mengajak PMKRI untuk menjadi bagian dari gerakan kolaboratif untuk bersama-sama mendekatkan umat dengan ajaran agamanya, “Sudah waktunya kita saling berkolaborasi. Semakin kita dekat dengan kitab suci, semakin bijak dan lapang dada. Sebaliknya, kedangkalan pemahaman dapat melahirkan intoleransi,” ajak Menag Nasaruddin.

Menag Nasaruddin meyakini bahwa jika nilai-nilai agama dijalankan secara konsisten, maka bisa membawa dampak besar bagi kehidupan sosial, termasuk menekan angka kriminalitas.

“Saya bersyukur bisa hadir dan berjumpa dengan kalian semua. Ini pekerjaan rumah kita bersama , mari meluruskan pikiran kita dan melembutkan hati,” katanya.

“Tantangan terbesar kita hari ini adalah konsistensi dalam menjalankan kebenaran. Tanpa konsistensi, kebenaran bisa lenyap,” sambung Menag Nasaruddin. (red)

Sekarang