Tarif Listrik Hingga BBM Sebabkan Inflasi Kota Malang Bulan Maret 2025

MALANG- Meski berada di angka 1,37 persen (mtm), Inflasi Kota Malang pada Bulan Maret 2025 lalu masih dikatakan terkendali. Angka ini tercatat lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya. Dimana Kota Malang mengalami deflasi sebesar 0,69 persen (mtm).

Dengan capaian tersebut, Kota Malang tercatat mengalami inflasi tahunan sebesar 0,49% (yoy). Inflasi periode Maret 2025 terutama didorong oleh kenaikan harga pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan BBM dengan andil 0,90 persen (mtm).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Malang Febrina menjelaskan tekanan inflasi di Maret lalu terkendali karena koordinasi solid Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Malang.  “Seperti gencarnya penyelenggaraan pasar murah dan gerakan pasar murah di 25 titik lokasi selama bulan Ramadan. Pelaksanaan operasi pasar murah di Kantor Pos kota Malang selama bulan Maret 2025 dan pelaksanaan sidak-sidak pasar,” ungkap Febrina.

Pelaksanaan sidak pasar  untuk pemantauan harga dan ketersediaan stok barang di bulan Ramadan dan menjelang HBKN Idul Fitri pada tanggal 4 Maret dan 25 Maret 2025. Pelaksanaan HLM (High Level Meeting) TPID Kota Malang juga merekomendasikan terbentuknya kerjasama antara Bulog dengan penggilingan swasta di Kota Malang. Dimana terdapat 11 penggilingan beras di Kota Malang dengan skala yang bervariasi.

“Tapi, berdasarkan komoditas penyebabnya, inflasi terbesar Kota Malang didorong oleh kenaikan tarif listrik, kenaikan harga komoditas bawang merah, cabai rawit, beras dan daging ayam ras,” papa Febrina.

Dilanjutnya, kenaikan harga tarif listrik seiring dengan berakhirnya kebijakan pemerintah terkait pemberian diskon tarif listrik sebesar 50 persen pada pelanggan rumah tangga PT PLN (Persero) dengan daya 450 VA, 900 VA, 1.300 VA, dan 2.200 VA yang berlaku sejak Januari hingga Februari 2025.

Sementara kenaikan harga beberapa komoditas bahan makanan seperti bawang merah, cabai rawit, beras dan daging ayam ras disebabkan oleh peningkatan permintaan di bulan Ramadan menjelang hari raya Idul Fitri.

“Kenaikan harga pada komoditas hortikultura seperti bawang merah dan cabai rawit juga didorong oleh kondisi curah hujan yang relatif tinggi yang menyebabkan produksi hortikultura tidak optimal,” tambah Febrina.

Ia menambahkan terjadinya fenomena tunda petik sejak H-7 lebaran turut menyebabkan terjadinya penurunan jumlah pasokan cabai rawit. Sementara itu, kenaikan harga beras cenderung terjadi pada beras jenis premium seiring kebutuhan masyarakat yang meningkat untuk pemenuhan zakat fitrah. (cia)

Optimisme Konsumen Malang Tetap Terjaga

Sekarang

Bahas Ranperda RPJMD, DPRD Kota Malang Soroti RTRW

Sekarang

Optimisme Konsumen Malang Tetap Terjaga

Sekarang