Sukses Gelaran International Tourism Investment Forum 2024
JAKARTA- Berinvestasi pada people, planet, and prosperity bukan sekadar kata kunci. Namun itu penting bagi pengembangan industri pariwisata secara global. Dengan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dapat menciptakan pengalaman yang memperkaya wisatawan, sekaligus juga melestarikan kekayaan budaya dan alam yang ada.
Hal itu ditegaskan Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf/Baparekraf, Rizki Handayani Mustafa saat closing remarks International Tourism Investment Forum (ITIF) 2024 di Jakarta belum lama ini.
“Marilah kita meneruskan tema dan pembelajaran dalam forum ini. Berinvestasi pada people, planet, and prosperity bukan sekadar kata kunci. Namun mereka adalah pilar penting bagi pengembangan industri pariwisata secara global,” kata Rizki dikutip dari kemenparekraf.go.id. Sebelumnya Menparekraf/Kabaparekraf Sandiaga Salahuddin Uno menyampaikan bahwa dalam ITIF 2024, berhasil menyepakati kerja sama investasi melalui penandatanganan lima MoU, dengan total nilai investasi sebesar Rp 862,8 miliar atau setara dengan 52,9 juta dolar AS.
“Keberhasilan ini tentunya berkat dukungan semua pihak terkait. Event ITIF 2024 menandai harapan dan pengembangan pariwisata hijau yang mengutamakan people, planet, and prosperity,” kata Sandiaga.
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan mengatakan perekonomian dapat tumbuh secara berkelanjutan apabila didukung dengan iklim investasi yang stabil, manufaktur yang kuat, dan pemulihan yang kuat di sektor pariwisata.
“Pemulihan yang kuat didorong oleh terlampaunya target kunjungan wisatawan asing dan catatan perjalanan wisata domestik. Saya kira hal ini perlu dijaga keberlanjutannya,” ujar Luhut.
Sementara itu Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Wamen LHK), Alue Dohong, mengatakan objek wisata perlu dijaga dan dilestarikan secara serius, mulai dari persoalan sampah di destinasi hingga carrying capacity di tiap destinasi harus diperhatikan.
“Karena sekali wisata alam rusak, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pulih kembali. Karenanya pariwisata perlu memperhatikan manfaat bagi destinasi itu sendiri dan keberlanjutannya. Jadi itu yang saya tekankan,” kata Alue. (red)