Storynomics  Kunci Pengembangan Gastronomi di Kota Malang

KOTA MALANG–  Menparekraf/Kabaparekraf Sandiaga Salahuddin Uno memberikan kiat sukses  mengembangkan gastronomi di Kota Malang kepada sejumlah komunitas yang hadir di acara Nemuin Komunitas (Netas) di Ada Apa Dengan Kopi (AADK), Sabtu (27/7/2024).

Menurut Menparekraf Sandiaga, gastronomi bukan hanya tentang makanan, tetapi juga tentang budaya, sejarah, dan identitas sebagai bangsa. Oleh karena itu, dalam pengembangannya diperlukan konten kreatif yang mengedepankan narasi dengan menggunakan kekuatan budaya sebagai nyawa dari sebuah kuliner atau biasa yang disebut dengan storynomics.

“Jadi betul-betul memiliki filosofi, ada budaya yang terlibat, sejarah, ada story telling bagaimana oleh siapa, berapa yang terlibat bagaimana yang terlibat, resepnya seperti apa,” kata Menparekraf Sandiaga.

Ia mencontohkan seperti Ronde Titoni Malang yang sudah ada sejak tahun 1960-an. Menurut Sandiaga, ini bisa dikemas dengan narasi sejarah awal kemunculan dan caranya bisa bertahan hingga sekarang.

Sandiaga menilai cerita seperti itulah yang membuat orang akan penasaran dengan sebuah produk yang dihasilkan. Sehingga dicari oleh masyarakat luas. Dampaknya produk yang dikenalkan bisa dikenal hingga mendunia.

“Cerita-cerita seperti itu yang harus dikemas dan harus diceritakan kepada pelanggan sehingga potensi dari kuliner Malang ini bisa lebih banyak dikenal oleh nusantara dan dunia,” katanya.

Menparekraf Sandiaga juga mencicipi berbagai kuliner khas Malang yang sedang viral. Salah satunya  Bakso Kirun, Ondenesia, dan Ronde Titoni. Menurutnya kuliner tersebut memiliki potensi yang besar untuk mendunia, jika dikemas dengan narasi yang menarik.

Menparekraf Sandiaga berharap acara Netas yang bertema gastronomi ini bisa menjadi wadah bagi komunitas untuk meningkatkan kesadaran, kolaborasi, dan inovasi bagi para pelaku gastronomi.

“Saya ingin mengajak seluruh komunitas yang hadir di sini untuk beraksi dan berkolaborasi secara langsung. Kita memiliki tanggung jawab besar untuk bersama-sama menerapkan gastronomi berkelanjutan di Indonesia,” kata Menparekraf.

Ketua Program Studi Perhotelan Diploma Kepariwisataan Universitas Merdeka Malang, Rulli Krisnanda menyampaikan bahwa kuliner dan gastronomi adalah dua hal yang berbeda, namun tetap menjadi satu kesatuan. “Bagaimana gastronomi ini kalau kita kupas dari dalam jadi bukan hanya tentang makanan tapi bagaimana perjalanan makanan ini dari awal sampai menjadi sesuatu,” kata Rully.   (red)

Besok IWWEF Digelar di Jakarta

Sekarang

Pak Mbois Segera Terbitkan SE Longgarkan Kebijakan Efisiensi

Sekarang

Besok IWWEF Digelar di Jakarta

Hijau