Perkemahan Anak Indonesia Hebat 2025: Pramuka Pilar Pembentukan Karakter Pelajar
BOGOR– Perkemahan Anak Indonesia Hebat 2025 jadikan Pramuka pilar pembentukan karakter pelajar. Sebagai bagian dari strategi nasional memperkuat pendidikan karakter, Kemendikdasmen berkolaborasi dengan Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka menyelenggarakan Perkemahan Anak Indonesia Hebat Jenjang SMP Tahun 2025, di Ciawi, Bogor.
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini diikuti oleh 302 peserta dari delapan wilayah di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Ini menjadi tonggak penting kembalinya Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah.
Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Fajar Riza Ul Haq dalam sambutannya menegaskan bahwa Pramuka adalah laboratorium kepemimpinan bangsa. Melalui kegiatan kepramukaan yang penuh semangat, kolaborasi, dan disiplin, peserta didik tidak hanya memperoleh pembelajaran berbasis nilai, tetapi juga menumbuhkan karakter tangguh yang dibutuhkan Indonesia masa depan.
“Pramuka melatih anak menjadi manusia yang jujur, bertanggung jawab, dan siap menghadapi tantangan zaman. Kami percaya, pendidikan karakter harus dibangun sejak dini, dan Pramuka adalah salah satu medium yang paling efektif,” ujar Wamen Fajar di hadapan ratusan peserta kemah.
Kabar gembira disampaikan Wamen Fajar saat mengumumkan bahwa pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Permendikdasmen) Nomor 13 Tahun 2025 yang menetapkan Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib di semua satuan pendidikan dasar dan menengah.
Langkah ini diambil setelah melihat urgensi memperkuat nilai-nilai Pancasila, tanggung jawab sosial, serta ketahanan karakter di tengah tantangan era digital.
Mengusung semangat Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, seluruh rangkaian perkemahan dirancang untuk membiasakan peserta menjalani kehidupan sehat dan bermakna. Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang dibiasakan adalah bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat.
Dalam sesi interaktif, Wamen Fajar menggali pemahaman peserta tentang hubungan antara Dasa Dharma Pramuka dan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Seorang siswa dengan percaya diri menjelaskan bagaimana nilai “bertanggung jawab dan dapat dipercaya” tercermin dari hal sederhana seperti jujur saat berbelanja untuk orang tua. Sementara peserta lain menunjukkan sikap kepedulian dan keberanian dengan menyatakan siap melaporkan aksi perundungan meskipun berisiko dimusuhi oleh pelaku.
“Nilai-nilai kecil ini yang kelak akan membentuk karakter besar. Di masa depan, integritas akan lebih penting daripada sekadar ijazah,” ujar Fajar.
Pada kesempatan yang sama, Direktur SMP, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Maulani Mega Hapsari, menjelaskan bahwa kegiatan ini menjadi wahana konkret dalam menginternalisasi kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari siswa.
“Seluruh aktivitas selama perkemahan, mulai dari orientasi kelompok, kegiatan rotasi, malam persahabatan, hingga aksi sosial di masyarakat dirancang mencerminkan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang menjadi program prioritas kami,” jelas Mega.
Testimoni dari siswa membuktikan efektivitas pendekatan ini. Seorang peserta dari Tangerang Selatan mengaku kini terbiasa bangun lebih pagi dan senang berolahraga. Peserta lainnya dari Bogor menyatakan lebih memahami pentingnya makan sehat dan semangat berkontribusi pada masyarakat sekitar. (red)