Penerbit Gandum Mas Gelar Seminar Pertumbuhan Gereja, Kondisi dan Strateginya Diulas Tuntas
MALANG-Ada banyak faktor yang menghambat dan mendukung pertumbuhan gereja. Kepemimpinan dan keterlibatan jumlah jemaat yang terlibat melayani juga berpengaruh. Hal itu terungkap dalam Seminar Pertumbuhan Gereja yang digelar secara hybrid (luring dan daring) oleh Penerbit Gandum Mas yang berkolaborasi dengan BMGK Kota Malang, BKSG Kabupaten Malang, dan BKSG Kota Batu, Senin (23/6/2025) kemarin di GBI Kristus Gembala di Jalan Ciliwung No. 5, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.
Seminar bertema “Mengapa Sebagian Gereja Bertumbuh dan yang Lain Redup?” (Strategi inovatif percepatan pertumbuhan gereja) menghadirkan dua pembicara. Yakni Pdt. Em. Robby I. Chandra, M.A., M.A.Th., D.Min dari Bilangan Research Center (BRC) dan Rev. Keith Sorbo, PhD, misionaris dari Amerika Serikat.
Pembicara pertama Pdt Robby dari BRC menguraikan hasil riset tentang kondisi gereja saat ini, dinamika dan berbagai tantangan. Ia membeber data hasil riset yang harus menjadi perhatian.
Dalam salah satu pemaparannya, Pdt Robby mengungkap hasil temuan lanjutan dari riset BRC. “Yakni pendidikan hamba Tuhan berkorelasi positif terhadap pertumbuhan gereja. Selain itu, keterlibatan jumlah jemaat dalam pelayanan juga berpengaruh,” urainya.
Lebih lanjut, ia memaparkan tentang empat komponen ukuran keberhasilan sebuah gereja yang sehat & dan memenuhi keiginan Tuhan, antara lain dari segi relasi, transformasi, inspirasi, dan multiplikasi.
Komponen pertama, harus ada relasi atau keintiman dengan Tuhan berdasar Karya Kristus. Kedua, tiap warga jemaat bertransformasi atau bertumbuh dengan berjalan dalam terang Roh Kudus dan memperhatikan lima aspek atau 5 K. Yaitu keintiman dengan Tuhan, karakter, kebiasaan, kemampuan, dan komitmen. Budaya gereja yang hangat dan mendukung juga menjadi faktor dalam pertumbuhan gereja,” jelas Pdt Robby.
Komponen ketiga, gereja harus menjadi inspirasi/hadir. Kesaksian secara pribadi, keluarga, persekutuan perlu ditunjukkan bagi orang di sekitar mereka agar dapat menjadi garam dan terang. Terakhir, gereja harus bermultiplikasi yaitu dengan berakar secara kuat terlebih dulu, lalu memberi buah dan meraih orang lain. Caranya bisa dilakukan dengan pendalaman Injil, mentoring, bersaksi, dan lain sebagainya.
Pentingnya peran pemimpin juga menjadi sorotan Pdt Robby. Sebab pemimpin menurut beliau merupakan orang yang punya daya atau pengaruh pada orang lain.
“Dari mana asal daya atau pengaruh itu? Pertama punya kelebihan– pilihan Tuhan, kedua mendapatkan kepercayaan orang. Ketiga menggunakan dengan efektif dan efisien pengaruhnya,” urainya.
Sementara itu Rev Keith Sorbo, misionaris dari Amerika Serikat, menguraikan tentang faktor yang menghambat dan mendukung pertumbuhan gereja.
Ia membeber sederet faktor yang menghambat pertumbuhan gereja. Di antaranya karena kurangnya visi dan misi yang jelas. Kemudian kepemimpinan yang lemah. Faktor lainnya hanya berfokus ke dalam, pemuridan yang buruk, budaya gereja yang tidak sehat, pelayanan yang tidak relevan atau kurang berkualitas, kurangnya koneksi komunitas, hingga gagal beradaptasi.
“Pengelolaan yang buruk, ketergantungan yang berlebihan pada satu orang dan apatis spiritual juga menjadi faktor penghambat pertumbuhan gereja,” papar Rev Keith Sorbo.
Sedangkan pertumbuhan gereja terdiri dari berbagai faktor. Di antaranya faktor rohani seperti doa, ibadah, ajaran, dan pemuridan.
Faktor sosial pun menjadi penentu. Seperti suasana, cell, anak, dan inklusif.
“Faktor lainnya yakni organisasi, visi dan misi, kepemimpinan, volunteer, dan administrasi juga berpengaruh. Faktor lingkungan seperti lokasi, kontektualisasi, strategi penginjilan. Ada juga faktor teknologi seperti ibadah online, media dan faktor hubungan seperti kepedulian, mengundang, kerjasama,” katanya.
Dalam pemaparannya, Rev Keith Sorbo mengulas tipologi besarnya gereja dari Gary McIntosh. Yakni gereja kecil, gereja sedang, dan gereja besar.
Ia lantas membeber strategi pertumbuhan gereja kecil. Menurut Rev Keith Sorbo terdapat sejumlah strategi untuk pertumbuhan gereja kecil.
“Di antaranya memperbarui maksud keberadaan gereja. Ingatlah tentang alasan Tuhan Yesus mati di kayu salib. Ia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Oleh karena itu, perlu dirumuskan kembali tujuan Tuhan Yesus menjadi visi gereja yang nyata dengan bahasa yang segar. Kembangkan fokus keluar. Tekankan misi dan pelayanan di atas hubungan di dalam gereja,” paparnya.
Selain itu dengan memulai pelayanan baru. Sebab pelayanan yang dijalankan sebelumnya bisa saja menyebabkan kejenuhan. Lalu, meningkatkan penginjilan, membuka kelompok, dan kelas baru.
Melibatkan orang baru menurut Rev Keith Sorbo juga bisa menjadi strategi pertumbuhan gereja kecil.
“Orang baru belum merasa jadi bagian dari gereja kalau mereka belum terlibat secara berarti di dalam pelayanan atau kepemimpinan. Berikan kesempatan pelayanan dan kepemimpinan kepada mereka,“ jelasnya.
Terakhir yang paling penting adalah memberdayakan/empower. Sadarkan mereka tentang manfaat dan berkat dalam melayani, perlengkapi kompetensi mereka dengan pelatihan, libatkan mereka dengan otoritas/wewenang, jalankan evaluasi untuk memonitor mereka, dan terus doronglah/encourage mereka dengan memberikan pujian di depan umum atau koreksi secara pribadi.

Kegiatan seminar ini diakhiri dengan sesi diskusi antar peserta, baik peserta onsite maupun peserta online dengan fitur break out room. Tujuannya untuk menjawab pertanyaan tentang kesulitan selama ini dan rencana strategi yang akan mereka terapkan sebagai tindak lanjut dari seminar ini. Dalam hal ini, BMGK Kota Malang, BKSG Kabupaten Malang, dan BKSG Kota Batu akan melakukan follow up terhadap hasil diskusi peserta sesuai dengan area lembaga mereka masing-masing. (red)