Kecerdasan Artifisial Atasi Kesenjangan Pendidikan

JAKARTA Kecerdasan artifisial atasi kesenjangan pendidikan. Itu terungkap dalam kerja sama Kemendikdasmen  dengan Monash University menyelenggarakan (KA) dalam pendidikan bagi pegawai. Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung program prioritas Kemendikdasmen terkait peningkatan kapasitas pegawai dalam hal digitalisasi pendidikan.  Mendikdasmen Abdul Mu’ti menegaskan bahwa penguasaan KA menjadi salah satu kompetensi utama yang harus dimiliki generasi muda Indonesia untuk menghadapi masa depan.

“Kita mau tidak mau harus menyiapkan diri dengan kemampuan KA dan Big Data sebagai kompetensi paling dibutuhkan di masa depan dalam lima tahun ke depan,” ujar Abdul Mu’ti di Jakarta.

Menurut Menteri Mu`ti, penguasaan KA juga menjadi solusi dalam mengatasi kesenjangan pendidikan. Khususnya bagi anak-anak yang tinggal di daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar). Akan tetapi, ia mengingatkan, penggunaan KA harus disertai dengan etika yang kuat agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi generasi mendatang.

Oleh karenanya, pelatihan KA menjadi sangat penting dalam meningkatkan kompetensi pegawai.  Sebab, KA perlu disikapi dengan bijaksana supaya dapat bermanfaat secara maksimal bagi penggunanya.

“Kami berharap kedepannya, para pegawai dapat bekerja lebih efisien, semakin kuat untuk memiliki presisi sehingga dapat mengerjakan banyak hal tanpa banyak melibatkan orang lain,” tutur Menteri Mu’ti.

Sementara itu, President and Pro Vice-Chancellor of Monash University, Matthew Nicholson menyampaikan apresiasi pemerintah Indonesia yang peduli pada peningkatan kapasitas pegawai terkait KA. Dengan bangga, Matthew menyampaikan kegembiraannya atas kepercayaan yang diberikan Kemendikdasmen kepada Monash University.

“Kami sangat bangga karena Monash University telah meluluskan lebih banyak mahasiswa Indonesia dibandingkan universitas asing negara lainnya. Kehadiran kampus kami di Indonesia sejak 2021 adalah bentuk nyata dari dukungan pemerintah dan masyarakat Indonesia selama lebih dari 65 tahun,” ungkap Nicholson.

“Kami di Monash University sangat bersemangat menyambut peluang-peluang baru ke depan, khususnya dalam pemanfaatan KA di dunia pendidikan. Ini merupakan salah satu bentuk kontribusi nyata kami bagi pembangunan masyarakat yang sejahtera di Indonesia,” tambahnya.

Salah satu peserta lokakarya yang merupakan pegawai dari Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia (PPSDM), Nur Amrizal, menyampaikan rasa syukurnya karena mendapat kesempatan untuk mengikuti program pelatihan KA.

“Kebetulan karena saya bertugas di PPSDM, tentunya pengalaman dan pengetahuan terkait dengan pemanfaatan KA di lingkungan pendidikan akan sangat menambah wawasan,” ucap Amrizal.

Amrizal menambahkan beberapa kemudahan pekerjaan yang ia rasakan dengan menggunakan teknologi KA. “AI ini bisa jadi teman diskusi yang baik, misalnya saat membuat desain pembelajaran. Hasilnya sangat membantu. Selain itu, teknologi ini mampu mempercepat pengolahan data sekaligus meningkatkan kualitas kerja pegawai,” ujarnya yang merasa teknologi KA memberikan inspirasi untuk mengembangkan output pekerjaannya.

Hal yang sama diungkapkan oleh pegawai dari Direktorat KSPSTK GTK, Walmah Ni’maturrohmah. Ia mengatakan pelatihan ini membuka wawasan baru tentang kompetensi KA yang dibutuhkan guru dan murid saat ini.

“Menariknya, kita banyak berdiskusi terkait kebutuhan guru dan murid terkait kompetensi AI sehingga kita bisa membuat program yang dapat merancang program lebih jelas dan mendeskripsikan program tersebut dari perencanaan sampai impelementasi di lapangan,” ungkap Walmah. (red)

Sekarang

DPRD Kota Malang Terbuka Audiensi Publik, Termasuk Mahasiswa

Sekarang

Kecerdasan Artifisial Atasi Kesenjangan Pendidikan

Besok