Inspiratif, WKRI Cabang Kartini St Yusup Jember Konsisten 24 Tahun Gelar Warung Kasih saat Bulan Ramadan

JEMBER-Komitmen dan konsistensi Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Cabang Kartini, Paroki St Yusup Jember ini tak main-main. Tahun ini merupakan tahun ke 24 mereka mengadakan Warung Kasih untuk membantu sesama  umat Islam berbuka puasa.  Itulah aktivitas mereka pada setiap Bulan Ramadan.

Kepedulian, toleransi dan persaudaraan yang membuat pengurus dan anggota WKRI Cabang Kartini Paroki St Yusup Jember konsisten mengadakan Warung Kasih hingga tahun ke 24 setiap Bulan Ramadan.

“Kami senang karena kita bisa melyani sesama.  Beda agama bukan hambatan untuk berbagi kasih, justru perbedaan yang mempersatukan kita semua,” kata Ketua WKRI Cabang Kartini St Yusuf Irene Dewi Patrianingsih.  

Bulan Ramadan tahun ini kata Irene merupakan tahun ke 24 menggelar Warung Kasih.  Mereka mengawalinya sejak 3 Maret 2025 sampai 27 Maret 2025. Berlangsung selama 14 hari setiap Senin sampai Kamis sore.

Awalnya di  hari pertama menyediakan 100 bungkus makanan. Seiring waktu bertambah menjadi 150 bungkus hingga 200 bungkus per hari. Lokasi Warung Kasih di RS Panti Siwi Jember. Buka mulai jam 16.30 WIB sampai 17.30 WIB, jelang buka puasa.

Warga sangat antusias, mereka rela antre dengan tertib untuk mendapatkan makanan untuk berbuka puasa. Warga berasal dari berbagai kalangan, mulai dari driver ojol, pengayuh becak dan warga yang sedang melintas.

“Siapa saja boleh menikmati nasi bungkus dari Warung Kasih. Menu yang kami siapkan pun berganti setiap hari. Terpenting sehat dan lezat,” kata Irene.

Nasi bungkus yang disediakan di Warung Kasih dijual dengan harga yang sangat terjangkau. Yakni Rp 3.000 per bungkus. Di jual dengan harga Rp 3.000 karena  pertimbangan penghargaan kepada sesama.

Sedangkan dana kegiatan ini berasal dari kas WKRI Cabang Kartini St Yusup Jember, donasi anggota dan donatur berbagai kalangan yang peduli.

Lebih lanjut Irene mengisahkan Warung Kasih tetap eksis sampai saat ini. Menurut dia, karena pengurus dan anggota WKRI bersemangat. Apalagi dalam merawat toleransi dan kebersamaan.

“Kami sangat senang karena bisa membagi kepedulian dan bersolidaritas dengan saudara-saudari kami yang Puasa di Bulan Ramadan. Setidaknya ini bisa membantu sesama kami,” katanya.

Irene mengisahkan Warung Kasih tetap bertahan karena awal kisahnya yang bertujuan menjaga solidaritas. Mulanya ibu-ibu anggota WKRI  pulang ibadah dari gereja naik becak, saat itu  ibu-ibu selalu bertanya sudah buka puasa atau belum. Mereka lalu mendengar jawaban pengayuh becak belum buka puasa. Jawaban itu menggugah. Akhirnya digelarlah Warung Kasih dengan harga Rp 250 per piring kala itu, 24 tahun lalu. (red)  

Sekarang

Begini Gerak Cepat DPRD Kota Malang Bahas RPJMD 2025-2029

Sekarang

Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi, Ini Upaya Polda NTT

Sekarang