Ikut JPTB 2024, 100 Anak Perwakilan  Berbagai Agama dan Suku di Indonesia Perkuat Toleransi di Kampung Moderasi Gempol Kota Malang

MALANG-Kampung Moderasi Beragama di Gempol Sukun Kota Malang mendapat apresiasi. Jika sebelumnya dari Pj Wali Kota Malang Iwan Kurniawan, Kamis (26/12/2024) hari ini dari  peserta Jambore Pelajar Teladan Bangsa (JPTB) 2024 yang merupakan programdari MAARIF Institute for Culture and Humanity. Kegiatan ini berlangsung di Malang  selama 23-27 Desember 2024.

Program ini melibatkan 100 pelajar lintas agama terpilih dari seluruh Indonesia. MAARIF Institute berdiri sejak tahun 2003 dan telah berkomitmen untuk meneguhkan nilai-nilai keberagaman, toleransi, kebangsaan, dan kemanusiaan melalui berbagai macam kegiatan. Salah satunya jambore ini. Generasi muda diajak untuk berdialog secara langsung kepada para pemuka agama untuk belajar tentang toleransi dan keberagaman antar umat beragama.

Kampung Moderasi Gempol Sukun Kota Malang dipilih sebagai destinasi kunjungan karena kualitas dinamika keagamaan yang berhasil meleburkan dan membaurkan berbagai agama dalam satu wilayah atau daerah atau kampung di antaranya Kristen, Katolik, Islam, dan Hindu.

Koordinator JPTB, Yahya Fathur Rozy, menyampaikan kegiatan ini selalu ditunggu-tunggu oleh para pelajar setiap tahun karena menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif.

”Saya, Yahya Fathur Rozy, Koordinator Jambore Pelajaran Teladan Bangsa (JPTB) XI 2024 sekaligus perwakilan dari MAARIF Institute for Culture and Humanity sangat mengapresiasi sambutan hangat dari tokoh agama dan berbagai pihak lain yang menerima rombongan peserta JPTB di Kampung Moderasi,” katanya.

Fathur mengatakan praktik baik keberagamaan yang sudah mengakar di Kampung Moderasi  ini kiranya bisa diteladani oleh para peserta JPTB XI 2024 yang mana mereka masih dalam tahap usia perkembangan dan pembentukan (usia SMA) dan merupakan rentang usia strategis untuk membentuk dan menanamkan nilai-nilai baik khususnya terkait nilai toleransi, keberagaman, dan kebhinekaan.

“Harapan saya, para peserta JPTB bisa belajar dengan baik selama kunjungan ini dan Kampung Moderasi bisa berkembang lagi ke arah yang lebih baik,” katanya.

Di Kampung Moderasi Gempol Sukun Kota Malang, para peserta JPTB XI berkunjung ke berbagai tempat ibadah yang ada di kampung tersebut. Di kampung ini terdapat masjid, gereja dan pura.  

Peserta di antaranya berkunjung ke Masjid Al Fattah, Gereja GKIN, Kapel Santa Theresia Lisieux dan Pura.

Kendati dalam satu kampung terdapat empat tempat ibadah dan warga beragam agamanya, namun mereka rukun. Hidup damai dalam keberagaman.

Di Kapel Santa Theresia Lisieux, peserta diterima Romo Henrikus Suwaji O.Carm (Pastor Paroki Kayutangan  dan Ketua Komisi HAAK Keuskupan Malang). Selain itu ada juga Romo Pius Pandor, CP  (Komisi HAAK Keuskupan Malang) dan Romo Febri Putra Dewa O.Carm ( Pastor Rekan Paroki Hati Kudus Yesus Malang).

Romo Henrikus Suwaji O.Carm mengapresiasi kegiatan ini. Ia berharap, kegiatan serupa juga berlangsung di berbagai daerah untuk merawat kebersmaaan di tengah keberagaman.

Sementara itu salah satu peserta, Lavenia Cheryta Felik Tjia dari SMAN 5 Kota Bengkulu mengaku sangat senang dengan kegiatan ini.

“Karena di sini saya mampu menyalurkan aspirasi,inovasi dan ide kreatifitas saya. Di sini saya banyak mendapatkan teman baru dari seluruh Indonesia yang sangat keren- keren sekali, kakak-kakak fasilitatornya juga baik dan ramah sekali,” katanya.

Dari  JPTB 2024 ini, dia mengaku mampu belajar banyak hal. Mulai dari perubahan  iklim, bahaya dari tindak kekerasan seksual, berpikir kritis, hingga cara   menghargai keberagaman serta toleransi. “JPTB juga merupakan salah satu impian saya dari saya kelas 6 SD dimana saya sudah mulai mencari tahu informasi ini dari alumni-alumni sebelumnya, dan Puji Tuhan sekarang saya bisa tergabung menjadi salah satu pesertanya. Saya merasa bahwa JPTB merupakan wadah untuk anak muda menyuarakan isu-isu sosial yang terjadi di daerahnya,” katanya.

Ia berharap  JPTB kedepannya semakin sukses. Terus tumbuh dan mampu menyaring anak muda dari seluruh Indonesia guna meningkatkan kualitas generasi emas yang unggul.

Perwakilan dari Komisi Kerawam Keuskupan Malang, Kristina Tri Mulyani mengapresiasi kegiatan yang digelar MAARIF Institute.

“Acara ini bagus sekali, karena tidak hanya mengenal melalui teori utk belajar keberagaman dan moderasi. Tapi dengan menjalani langsung menemui dan berdialog dengan tokoh-tokoh agama dan mengunjungi tempat-tempat ibadah dan berbaur bersama dengan berbagai lintas agama suku budaya. Mereka bisa membangun keutuhan. Kita memang berbeda tapi kita satu. Kita menyatukan bukan melebur,” kata Kristina Tri Mulyani.

Maka dengan kegiatan ini kata Kristina Tri Mulyani,  mereka yang berbeda asal usul dan beda agama sangat akrab dan antusias sekali.

“Karena mereka anak-anak pilihan maka dalam kegiatan tanya jawab dan mendengarkan materi mereka kelihatan anak cerdas yang siap membangun dan mempertahankan toleransi beragama yang ada di Indonesia,” katanya.
“Saya berharap kegiatan semacam ini bisa digelar di mana saja  diperbagai elemen, lembaga membuat Indonesia yang beragam ini menjadi sangat indah seperti Pelangi,” sambungnya. (red) 

Sekarang