Cuaca Ekstrem, BI Prediksi Inflasi Di Akhir Tahun
MALANG– Bank Indonesia (BI) Malang memprediksi angka inflasi wilayah Malang Raya akan naik di akhir 2025 ini. Ini ditegaskan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Malang, Dedy Prasetyo pada High Level Meeting, Rabu (10/12) Jelang momentum Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 bersama Pemkab Malang melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
Dijelaskannya, akhir tahun inflasi Malang Raya kemungkinan berada di atas bulan-bulan sebelumnya. Sesuai Data Perwakilan BI Malang tercatat ada tiga komoditas yang paling menonjol tekanannya.
“Yakni komoditas emas perhiasan yang disebabkan karena dinamika global, serta tomat dan cabai merah yang disebabkan oleh siklus produksi dan cuaca ekstrem,” jelas Dedy.
Dia melanjutkan perkembangan harga komoditas hingga 9 November 2025 lalu juga menunjukkan tekanan dari komoditas cabai rawit, cabai merah, daging ayam ras, dan daging sapi.
Selain itu, hampir semua daerah di Malang Raya mengalami kenaikan pada komoditas bawang merah, telur ayam ras, beras, minyak goreng, hingga udang dan jeruk.
“Ini bukan fenomena lokal semata, tekanan harga komoditas hortikultura bersifat nasional dan terkait langsung dengan gangguan produksi akibat curah hujan tinggi,” jelasnya.
Secara garis besar, Dedy memaparkan bahwa Inflasi Kota Malang sebagai kota acuan terdekat bagi Kabupaten Malang tercatat sebesar 2,71 persen (yoy) dan 0,16 persen (mtm) pada November 2025.
Kondisi ini relatif sejalan dengan inflasi Jawa Timur dan nasional. Dedy menegaskan bahwa komoditas tomat, cabai merah, dan emas perhiasan merupakan pendorong utama inflasi saat ini. Sementara beras, daging ayam ras, dan telur justru menahan laju inflasi karena pasokan terjaga dan distribusi relatif lancar.
Di sisi lain, Bank Indonesia juga menyoroti pola historis menjelang Nataru bahwa komoditas telur ayam ras, bawang merah, tomat, cabai rawit serta angkutan udara selalu menjadi sumber tekanan inflasi.
“Tahun ini ada tambahan risiko dari ketidakpastian global yang dapat pengaruhi emas perhiasan,” jelas Dedy.
Secara global, kata dia, Bank Indonesia menilai bahwa inflasi tahun 2025 masih akan berada dalam rentang sasaran nasional, didukung cuaca yang relatif stabil, program GNPIP, serta harga energi global yang tidak terlalu bergejolak.
“Risiko kenaikan harga komoditas non-energi global, potensi penyesuaian tarif domestik, dan ekspektasi pasar harus terus diantisipasi,” pungkas Dedy. (cia)















