Budidaya Padi Organik di Kota Malang, Produksi Berlipat dan Hemat Biaya
MALANG– Padi organik tengah dikembangkan di Kota Malang, khususnya di wilayah Kecamatan Kedungkandang. Banyak manfaatnya. Ramah lingkungan, produksi berlipat dan hemat biaya budidaya.
Budidaya padi organik dilakukan Kelompok Tani Sampurno Kelurahan Cemorokandang. Teknik mengembangkan padi organik mengandalkan limbah rumput-rumputan dan limbah organik sebagai bahan baku pupuk padi.
Ketua Poktan Sampurno Kelurahan Cemorokandang Sugeng bersyukur di tahun 2023 kemarin budi daya padi organik yang dikelola poktannya sukses panen. Lebih menggembirakan lagi hasil panen yang didapatkan juga melimpah. Setiap hektare kurang lebih bisa mendapatkan hasil tujuh ton padi.
“Harga beras dari padi organik yang kami kembangkan juga bagus, satu kilogram beras organik dari petani kami dibeli Rp 16 ribu,” jelas Sugeng.
Tak hanya berasnya saja yang laku, ia menambahkan, limbah olahan berupa dedak juga banyak yang mencari. Ini yang membuat semua anggota Poktan Sampurno lebih memilih menjual beras daripada menjual gabah. Sebab lebih menguntungkan.
“Beras organik produksi kami sangat mudah menjualnya, pembeli sudah berdatangan silih berganti tanpa perlu bingung kami menjual ke pasar. Meski baru panen, kami sudah kehabisan stok,” ujar Sugeng.
Melihat kenyataan ini, Sugeng mengaku semakin mantab mengembangkan padi organik di wilayah Kelurahan Cemorokandang. Dari 20 anggota yang ada, saat ini dikatakannya memiliki lahan padi organik seluas 20 hektare.
Lebih lanjut dijelaskannya bahwa yang lebih menguntungkan bagi poktannya yakni adanya sistem irigasi di lahan persawahan Cemorokandang. Sehingga kapan pun petani bisa menanam tanpa menunggu.
Setelah panen raya, anggota Poktan Sampurno secepatnya mengolah lahan lagi untuk kemudian ditanami kembali. Diakui Sugeng, budidaya padi dengan pupuk organik memang lebih menguntungkan dibandingkan memproduksi padi dengan pupuk kimia. Sebab bahan bakunya melimpah, tidak perlu membeli, tinggal butuh tenaga saja untuk mengolahnya.
“Selain dari rumput, kami juga membuat pupuk dari limbah ternak. Ini sangat menghemat biaya yang harus kami keluarkan. Harga jual berasnya juga lebih bagus, hanya butuh ketelatenan saja,” ujar Sugeng. (ran)