Blue, Green, Circular Economy Instrumen Utama Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
JAKARTA–Blue, Green, Circular Economy instrumen utama pembangunan pariwisata berkelanjutan. Sehingga nantinya bisa berdampak pada masa depan pariwisata yang lebih hijau. Hal ini diungkapkan Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenpar Rizki Handayani Mustafa saat sambutannya pada Workshop Internasional “Empowering Sustainable Tourism: Integrating Blue, Green, and Circular Economy (BGCE) into Tourism Operations”, di Hotel Pullman Central Park, Jakarta.
Kegiatabn tersebut merupakan hasil kerja sama Kemenpar Committee for Economic and Commercial Cooperation of the Organization of Islamic Cooperation (COMCEC).
Lebih lanjut Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenpar Rizki Handayani Mustafa mengatakan pemerintah berkomitmen menempatkan Blue, Green, Circular Economy sebagai instrumen utama dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan.
“Dan adanya workshop ini menjadi upaya Kementerian Pariwisata dalam memberikan pemahaman dan pelatihan kepada para peserta tentang tata cara implementasi, berbagi praktik terbaik Blue, Green, Circular Economy dalam sektor pariwisata, serta menjalin kemitraan strategis. Sehingga nantinya bisa berdampak pada masa depan pariwisata yang lebih hijau, inklusif, dan berkelanjutan,” kata Rizki.
Rizki menjelaskan komitmen pemerintah dalam menempatkan Blue, Green, Circular Economy sebagai instrumen utama dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan. Itu tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2025-2045 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2029.
Di dalamnya sektor pariwisata berkualitas dan berkelanjutan ditempatkan sebagai prioritas pembangunan nasional.
Indonesia juga berkomitmen untuk menurunkan emisi di bawah payung pembangunan rendah karbon dan ekonomi hijau sebagai bagian dari strategi transformasi ekonomi nasional.
Sebagaimana tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC) yang diperbarui, Indonesia menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 31,89 persen dan 43,2 persen dengan dukungan internasional pada 2030.
Selain itu, Indonesia menargetkan pengelolaan 70 persen limbah pada 2025 serta pengurangan food waste per kapita sebesar 35 persen pada 2030.
“Jadi, kami ingin pertemuan ini bisa mendorong BGCE tidak hanya suatu pemahaman konsep. Kita hadirkan narasumber untuk bertukar praktik pengalaman dalam penerapan keberlanjutan,” kata Rizki.
Workshop BGCE yang berlangsung selama tiga hari ini membahas prinsip-prinsip dan berbagai penerapan BGCE. Di antaranya mengangkat topik BGCE sebagai Instrumen Keberlanjutan Sektor Pariwisata di Indonesia yang dipaparkan oleh Abudarchan Rafi perwakilan dari BAPPENAS; topik Kerangka Kebijakan dan Pengalaman Industri Perhotelan dalam Memajukan Pariwisata Berkelanjutan di Turki, yang dipaparkan oleh Duta Besar Turki untuk Indonesia, Talip Küçükcan.
Ada juga pembahasan Praktik Terbaik dalam Mengadopsi dan Mengimplementasikan Langkah-Langkah Keberlanjutan di Industri Perhotelan, yang dipaparkan oleh Direktur Parongpong Raw Lab, Rendy Aditya Wachid, CEO PT. PIPA (Pran Indo Permata Abadi), Nicolas Perez, Perwakilan PT. JLL Indonesia, Prisca Winata, dan perwakilan Pullman Jakarta Central Park, Santi Permanasari.
Topik Standar ASEAN Green Hotel, yang dipaparkan oleh Group Managing Director Universiti Utara Malaysia & Owner and Managing Director of The Frangipani Langkawi Resort & Spa, Anthony Wong Kim Hooi.
Sedangkan topik Pengelolaan Food and Beverage berkelanjutan, yang dipaparkan oleh Head of Department for Guides, Tourism Training and Gastronomy Turkey, Arzu Kahraman Yılmaz.
Asisten Deputi Manajemen Usaha Pariwisata Berkelanjutan, Deputi Bidang Industri dan Investasi, Kementerian Pariwisata, Amnu Fuadiy, menambahkan workshop ini diikuti oleh 70 peserta yang terdiri dari delegasi negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OIC), perwakilan kementerian/lembaga pemerintah Indonesia, dinas pariwisata daerah, pelaku industri perhotelan, restoran, dan kafe (Horeka), asosiasi pariwisata, akademisi, serta pakar keberlanjutan dari dalam dan luar negeri.
“Tidak hanya pembahasan di ruangan saat workshop, tapi peserta juga visitasi ke Pullman Jakarta Central Park dan Taman Safari Indonesia, Bogor untuk menyaksikan dan mempelajari langsung langkah-langkah keberlanjutan yang telah diterapkan pada sektor pariwisata,” kata Amnu. (red)