Kelurahan Semanan Model Penguatan Dasawisma untuk Pengentasan Kemiskinan Ekstrem
JAKARTA-Pemprov DKI Jakarta terus memperkuat pengentasan dan tindakan pencegahan terhadap kemiskinan ekstrem. Itu dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat di tingkat kelurahan, yang difokuskan pada penguatan peran Dasawisma. Salah satu model penguatan Dasawisma dilakukan di Kelurahan Semanan, Jakarta Barat, yang diikuti oleh 300 kader Dasawisma se-Kelurahan Semanan.
Dalam sambutan pembukaannya, Lurah Semanan Jufri SSos MM, menekankan makna pentingnya peran Dasawisma sebagai ujung tombak pelaporan kondisi sosial ekonomi warganya. Menurut Bapak Lurah –demikian Jufri akrab disapa, keberhasilan pengentasan kemiskinan ekstrem bergantung pada ketepatan data dan keterlibatan aktif masyarakat dalam deteksi kerentanan dini.
Hadir dalam kegiatan Leily dari Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Jakarta Barat, yang menyampaikan isu penting Pemprov DKI Jakarta terhadap penajaman sasaran program pengentasan kemiskinan ekstrem. Data mikro berbasis rumah tangga yang dihimpun Dasawisma dinilai menjadi fondasi penting agar intervensi Pemerintah menjangkau keluarga yang benar-benar sesuai kebutuhan.
Sedangkan, Sugeng dari TKPK Provinsi DKI Jakarta menyampaikan pentingnya tata kelola atau manajemen program yang akuntabel dan terintegrasi, khususnya dalam pelaksanaan kegiatan sosial dan pemberdayaan masyarakat. Sebab, kata Sugeng, masyarakat wajib melakukan pemantauan program dapat dipertanggungjawabkan dan berdampak nyata bagi warga. Ia juga menyampaikan berdasarkan hasil statistik Tahun 2025 di DKI Jakarta bahwa jumlah penduduk miskin di Jakarta menurun namun ketimpangan pendapatan meningkat. Artinya ada kesenjangan (selisih yang signifikan) antara pendapatan atau penghasilan tinggi dan pendapatan yang rendah.
Dalam sesi diskusi, salah satu kader Dasawisma Neneng Irmawati, Kader Dasawisma RW 01 Kelurahan Semanan, menyampaikan temuan di lapangan terkait adanya data keluarga yang perlu diperbaiki agar sesuai dengan kondisi riil masyarakat.
“Masyarakat, dan kader Dasawisma mah siap bantu, tapi jelasin dong kalau ada perubahan data teknis bagaimana, supaya cepat dan efektif, kagak berbelit-belit.” ujar Neneng.
Ia menambahkan juga perlunya peran aktif Instansi lain yang ikut bertanggung jawab terhadap perubahan data. Agar ketika awalnya warga mendapat bantuan tetapi karena perubahan data menjadi hilang status bantuannya. Dalam hal ini, yang disalahkan bukan hanya Dasawisma, tetapi menjadi tanggung jawab bersama.
“Kami di lapangan siap membantu pemerintah dan aktif melaporkan kondisi warga. Namun kami berharap pihak pemegang data dapat segera melakukan pembaruan setelah laporan kami sampaikan, agar bantuan benar-benar tepat sasaran,” imbuh Neneng.
Persoalan Data Harus Ditangani Sistematis
Menanggapi permasalahan tersebut, Caturida Meiwanto Doktoralina, Tenaga Profesional Bidang Ekonomi Lemhannas RI sekaligus Dekan Fakultas Bisnis Universitas Dian Nusantara (Undira), menegaskan bahwa persoalan data merupakan tantangan utama dalam pengentasan kemiskinan ekstrem dan perlu ditangani secara sistematis.
“Pengentasan kemiskinan ekstrem tidak cukup hanya mengandalkan bantuan sosial. Yang dibutuhkan adalah sistem deteksi dini berbasis komunitas yang terhubung dengan pembaruan data yang responsif. Dasawisma memiliki peran strategis sebagai ‘mata dan telinga’ negara di tingkat rumah tangga,” ujarnya.
Catur menambahkan bahwa penguatan peran Dasawisma tidak hanya berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Namun juga berkontribusi pada penguatan ketahanan sosial dan ekonomi daerah sebagai bagian dari ketahanan nasional.
Melalui kegiatan ini, para kader Dasawisma yang berada di 12 RW (setiap Dasawisma memegang 50-60 KK ) di Kelurahan Semanan dibekali pemahaman mengenai pelaporan wilayah, penjaringan keluarga rentan, koordinasi data, penyusunan rekomendasi prioritas, pendampingan keluarga, serta evaluasi berkelanjutan, guna mendukung fokus Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam pengentasan kemiskinan ekstrem secara tepat sasaran dan berkelanjutan, khususnya di Kelurahan Semanan.
Kegiatan Penguatan Dasawisma di Kelurahan Semanan yang berada di Kecamatan Kalideres ini merupakan salah satu kelurahan dari wilayah Kantong Kemiskinan yang menjadi percontohan prioritas program pengentasan kemiskinan kolaboratif di DKI Jakarta.
Oleh karena itu, peran aktif Dasawisma sangat penting untuk memperoleh data secara riil mengingat mereka merupakan unit terkecil dalam struktur masyarakat yang paling dekat dengan realitas di lapangan.
Sementara itu, Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2025 menyebutkan jumlah penduduk miskin ekstrem di Indonesia tercatat 2,38 juta orang. Angka ini setara dengan 0,85 persen dari total populasi dan mengalami penurunan dibanding September 2024 yang mencapai 2,78 juta orang atau 0,99 persen.
Penduduk dikategorikan sebagai miskin ekstrem mengacu pada standar internasional. Yakni penduduk dengan pengeluaran di bawah US$2,15 PPP (2017) per hari per kapita. Ini merujuk pada garis kemiskinan ekstrem global yang digunakan Bank Dunia untuk negara berpendapatan menengah ke bawah, termasuk Indonesia.
Angka US$2,15 PPP 2017 jika dikonversikan ke kurs riil setara dengan sekitar Rp 12 ribu-13 ribu per hari per orang. Artinya, seseorang dikategorikan sebagai orang miskin ekstrem jika pengeluarannya dalam sehari tidak mencapai jumlah tersebut untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, transportasi, dan kebutuhan dasar lainnya.
Meski angka kemiskinan ekstrem menurun, Pemerintah Indonesia terus melakukan berbagai upaya pengentasan kemiskinan ekstrem. Tak terkecuali Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pemprov DKI Jakarta terus memperkuat agenda pengentasan dan tindakan pencegahan terhadap kemiskinan ekstrem melalui pemberdayaan masyarakat di tingkat kelurahan, yang difokuskan pada penguatan peran Dasawisma. (red)















