Kementerian Ekraf Dorong VivaTech Jadi Ajang Inovasi dan Teknologi Global
JAKARTA– Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamen Ekraf) Irene Umar menerima audiensi perwakilan VivaTech, suatu konferensi internasional yang membahas segala hal tentang teknologi untuk menarik investasi. Pertemuan ini mendiskusikan promosi global Indonesia, business matching, dan international exposure.
“Kami pikir semua negara ingin memasukkan ekonomi kreatif sebagai bagian dari agenda nasional melihat perkembangan Korea, Jepang, dan AS yang telah melakukan dengan sangat baik. Ketika Indonesia hadir di VivaTech nanti tentu harus bisa memberikan dampak yang bukan hanya kehadiran seremonial saja, tetapi ada kesepakatan dalam hal membangun ekonomi kreatif dan menarik investasi,” kata Wamen Ekraf Irene.
‘’Kami juga ingin menawarkan seperti apa Indonesia bisa memasukkan beberapa Intellectual Property (IP) yang memberi sentuhan budaya lokal sebagai peluang kolaborasi,” sambungnya.
VivaTech hadir di Paris untuk menghubungkan inovasi global, startup, dan investor dalam satu platform internasional. Tahun depan, VivaTech akan merayakan 10 tahun penyelenggaraan dan berencana ingin memiliki maskot inovasi untuk menciptakan pengalaman yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
“Kami ingin melihat dan melacak kolaborasi lintas bidang yang tidak hanya dalam hal riset, tetapi juga seperti apa dunia melihat Indonesia sebagai pasar. Apalagi Indonesia sudah memiliki kekuatan dalam menggunakan dan mengadopsi teknologi. Pada dasarnya, pendirian dan pengembangan kreativitas serta perusahaan rintisan teknologi juga bisa menjadi salah satu strategi untuk networking with global accelerators and venture capitals,” ungkap Wamen Ekraf Irene yang turut didampingi Direktur Gim, Luat S.P. Sihombing.
Deputi Bidang Kreativitas Digital dan Teknologi, Muhammad Neil El Himam menambahkan bahwa Indonesia berupaya memanfaatkan VivaTech untuk pembangunan ekonomi, investasi, dan peningkatan visibilitas global yang melampaui sekadar persepsi pasar.
“Kami harap Indonesia tidak hanya bicara pentingnya inovasi dan teknologi, tetapi juga bisa lebih jelas menyampaikan tentang ekonomi kreatif dalam diskusi global tersebut seperti Web3, keamanan siber, dan Artificial Intelligence (AI),” kata Neil.
‘’Dengan demikian acara VivaTech bukan hanya pameran dagang, tetapi juga platform untuk saling terhubung sehingga menciptakan koneksi sebanyak mungkin. Akhirnya, bisa mengubah bisnis menjadi kolaborasi,” tambah Deputi Neil.
Menanggapi hal tersebut, Head of VivaTech, Francois Bitouzet, menegaskan komitmen Viva Technology yang punya misi sebagai tempat diskusi untuk menghubungkan ekosistem kreatif dengan potensial bisnis, memperkuat pertumbuhan teknologi global yang memiliki visibilitas, dan membuat kemitraan internasional dengan ekosistem teknologi sehingga tercipta pemetaan inovasi global.
“Kita harus menciptakan sesuatu dari orang-orang yang memiliki ide, inovasi, dan proyek yang orang lain butuhkan dalam transformasi teknologi. Setiap tahun, kami ingin mengadakan seperti World Expo of Innovation dengan inovasi yang memiliki tujuan,’’ katanya.
‘’ViVa Tech menjadi tempat untuk soft power dengan jajaran pembicara yang luar bisa berasal dari subsektor teknologi sehingga semua pemangku kepentingan dapat mengekspresikan visi dan misi mereka dan kita bisa memahami apa yang sedang maupun akan terjadi untuk selangkah lebih maju ke depan,” sambung Francois Bitouzet.
Kementerian Ekraf menyambut baik ajang ini dan membuka ruang kolaborasi dalamperayaan 10 tahun VivaTech yang lebih spektakuler sehingga bukan sekadar perayaan bagi orang-orang yang berada dalam dunia teknologi saja, tetapi juga bagi para pejuang ekonomi kreatif global.
“Setiap orang punya ide, tetapi kadang sangat sulit untuk melindungi dan memonetisasinya. Mari, kita bersinergi untuk memperkuat ekosistem startup berbasis inovasi teknologi,” imbuh Guillaume Catala sebagai CEO of Steinberg Protocol. (red)















