Antusiasme  Terhadap Mudik Asyik Baca Buku 2025  

JAKARTA– Program Mudik Asyik Baca Buku 2025 mendapatkan sambutan positif dari para pemudik. Terlebih di mata anak-anak, program ini terasa sangat menyenangkan. Itu disampaikan oleh El Ghibran, siswa kelas 2 SD Muhammadiyah 1 Pagar Alam, dan Icha, siswi kelas 3 SD Pakulonan Barat, Kelapa Dua yang akan melakukan perjalanan mudik ke daerah masing-masing dari Terminal Kalideres.

“Saya senang jadi punya banyak buku cerita, supaya saya tidak terus melihat gawai (gadget) di bus,” ucap El Ghibran sembari membuka-buka empat buku yang telah diterima.

Orang tua dari El Ghibran, Tini, juga mengungkapkan bahwa program ini sangat bermanfaat bagi anak-anak dan orang tua. “(Program ini) memiliki manfaat untuk mengalihkan anak-anak dari menonton TikTok, bermain gim, dan aktivitas lain yang dilakukan dari gawai selama perjalanan di kendaraan,” ungkap Tini.

Hal yang sama diungkapkan Ratna, seorang pemudik yang akan pulang ke Semarang bersama tiga anak kecil, mengungkapkan rasa senangnya ketika menemukan program Mudik Asyik Baca Buku di Terminal Terpadu Pulo Gebang.  “Tadi begitu datang, ternyata ada pembagian buku gratis. Alhamdulillah, kami senang sekali, karena kami membawa anak-anak jadi membantu untuk mengurangi kebosanan. Buku-buku ini juga boleh dibawa pulang, jadi bisa untuk menemani perjalanan. Harapannya, semoga kegiatan ini terus berjalan dari tahun ke tahun, supaya bisa lebih membantu orang-orang yang ingin mudik dan menemani perjalanan,” ungkap Ratna.

Sementara itu, di Bandara Halim Perdanakusuma, Silvi, orang tua yang menemani anaknya memilih buku bacaan di stan Mudik Asyik Baca Buku pun terlihat sangat antusias.

“Kegiatan ini sangat positif. Saya senang sekali karena kebetulan di sekolah anak saya ada program literasi, setiap bulan satu resume. Maka perlu membeli buku setiap bulan, kebetulan di sini anak saya mendapat dua buku gratis sehingga ada persediaan resume untuk dua bulan ke depan,” ungkap Silvi.

Di Terminal Kampung Rambutan, sesi mendongeng menghadirkan Salwa, pendiri komunitas Readocil dan Grandung, yang membagikan kisah inspiratif dalam menemukan kekuatan melalui buku. 

Ia membuka sesi mendongengnya dengan kisah pribadi yang menceritakan bahwa sejak kecil Salwa menghadapi tantangan besar dengan keterlambatan bicara atau speech delay. Dia pun sempat menjadi korban perundungan oleh teman-temannya karena kesulitan dalam berkomunikasi. Namun, berkat kesabaran ibunya yang setia membacakan buku setiap malam, Salwa akhirnya menemukan “obat” yang membantunya mengatasi kesulitan berbicara.

“Buku adalah kunci yang membuka pintu komunikasi dalam diri saya. Tanpa buku, saya mungkin tidak bisa berbicara seperti sekarang,” ungkap Salwa.

Salwa pun melanjutkan kisah inspiratifnya tentang bagaimana ia memulai komunitas Readocil pada 2019. Ketika pandemi melanda, Salwa melihat temannya kesulitan membeli buku, sehingga ia memutuskan untuk membagikan buku-buku yang dimilikinya.

Sejak itu, komunitas Readocil terbentuk sebagai wadah bagi siapa saja yang ingin berbagi dan menikmati buku. “Buku adalah penyelamat saya, dan saya ingin lebih banyak orang merasakannya. Ini adalah bentuk kontribusi saya untuk masyarakat,” ujar Salwa, yang kini berkomitmen untuk membagikan manfaat literasi ke seluruh penjuru Indonesia melalui komunitas yang ia dirikan. (red)

Sekarang

Presiden Prabowo Putuskan Empat Pulau Milik Provinsi Aceh

Sekarang